MOTIVASI YANG BENAR DALAM BERIBADAH
Setiap hari Minggu banyak orang Kristen berbondong-bondong pergi ke gereja untuk melaksanakan ibadah mingguan. Sebagian orang yang pergi ke gereja memiliki motivasi untuk “bertemu” dengan Tuhan dan mendengarkan ajaran Tuhan sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari, tetapi sebagian orang Kristen yang lain memiliki motivasi yang beragam, ada yang sekedar memenuhi rutinitas, ingin bertemu dengan kenalan baru dan ada juga yang numpang “pacaran” di gereja agar “pacarannya” bisa terlihat lebih “kudus”, yang lebih parah lagi adalah ketika seseorang pergi ke gereja bukan untuk bertemu dengan Tuhan, tetapi untuk mencari hiburan, ingin melihat Bapak pendeta yang ini atau itu atau Ibu Pendeta ini atau itu, knapa?, “abis kalo kotbah lucu”, atau ada juga yang hanya ingin mencari “kesembuhan”.
Ada sebagian orang menjadikan gereja sebagai tempat untuk mengenal Tuhan dengan mendengarkan dan melakukan ajaran-ajaran Tuhan. Hal ini tampak ketika seseorang setelah bertobat dan mengenal Tuhan hidupnya berubah, jika pada waktu yang lalu tidak percaya Tuhan, kini menjadi penyembah Tuhan yang setia, jika dahulu hidup dalam kegelapan, terlibat perjudian, narkoba, perzinahan, namun sekarang menjadi orang yang mau bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, menjadi orang yang selektif terhadap makanan dan minuman, menjadi orang yang senantiasa menjaga kekudusan Bait Allah, yaitu tubuhnya.
Ada pula orang yang dari awal mau pergi ke gereja sampai dengan selesai ibadah hanya memikirkan hal-hal yang seharusnya ditinggalkan terlebih dulu dan segera berfokus pada Tuhan. Dalam pikirannya sudah terbayang tentang pertemuannya dengan gadis atau pria idamannya di gereja. Yang belum memiliki pacar, jantungnya berdetak keras ketika seseorang melirik pada dirinya, dalam hatinya mulai bertanya,”apa co ganteng/ce cantik itu naksir sama aku ya, dari tadi ngeliat ke arahku terus?”, padahal saat itu sedang dalam doa penyembahan.
Mujizat, inilah yang seringkali menjadi alasan orang untuk pergi ke gereja. Hal kedua yang tak kalah menariknya adalah menarik tidaknya ibadah, biasanya berfokus pada Worship Leader beserta Singers dan Pemusik, juga khotbah yang lucu, sehingga semua jemaat dapat tertawa, layaknya nonton srimulat, yang penting lucu, tak perduli khotbahnya berisi atau tidak.
Jemaat Tuhan wajib meluruskan motivasinya dalam mengikuti ibadah. Ibadah harus diposisikan dimana Tuhan dipermuliakan melalui perbuatan-perbuatan kita. Kita tidak dapat berbuat sesuatu hal yang dapat menyenangkan hati Allah kecuali kita mau mendengarkan firman Tuhan dan menjadi pelaku-pelaku firman.
Setelah kita melihat beragam motivasi Jemaat Tuhan, kini kita akan melihat sejauh mana motivasi gereja Tuhan dalam memfasilitasi jemaat dalam beribadah. Hal terutama yang menjadi tanggungjawab gereja Tuhan adalah memberitakan firman Tuhan dan menjelaskannya agar dapat dimengerti oleh jemaat, sehingga jemaat dapat mewujudnyatakannya dalam kehidupan sehari-hari agar kehidupan jemaat berkenan dihadapan Allah dan manusia. Beberapa gereja telah melaksanakan tugas ini dengan baik sekali, namun bagi gereja yang belum 100% memenuhinya diharapkan dikemudian hari dapat senantiasa memperbaharui diri sehingga tugas yang mulia ini dapat berjalan dengan baik.
Gereja sebagai fasilitator seringkali melenceng terlalu jauh sehingga menimbulkan kepercayaan ganda bagi jemaat. Jemaat tidak lagi diajar sesuai dengan firman Tuhan tertulis tetapi lebih ditekankan pada salah satu ajaran yang diagungkan. Jemaat lebih percaya kepada pendeta ketimbang terhadap firman Tuhan. Tidak sedikit gereja yang berani obral janji; janji-janji kesembuhan, berkat, kekayaan materi yang secara sadar dijadikan pengajarannya, padahal semua itu ada dalam otoritas Allah, gereja hanya memberikan sarananya. Gereja tidak memiliki kuasa atas semua itu, jika ada kesembuhan itu berarti Allah sedang menyatakan kuasaNya, bukan karena pendetanya hebat atau ibadahnya yang menarik. Jika ada berkat melimpah terhadap jemaat itu bukan hasil usaha pendeta dalam mendoakan, tetapi karena Allah ingin menyatakan bahwa Dialah sumber berkat. Jika ada jemaat yang dapat memperoleh harta kekayaan, itu karena Allah ingin menyatakan bahwa Dia maha kaya. Maka bukan gereja yang berperan tunggal dalam hal ini, tetapi Tuhan yang mau memberi, jadi jangan ada gereja yang menganggap bahwa dirinya yang berkuasa mengadakan kesembuhan, berkat, atau pun kekayaan, kita harus ingat bahwa kita hanyalah alat Tuhan, debulah kita di hadapan Allah. Gereja tidak seharusnya mengklaim bahwa dirinya mampu, seolah-olah segala keberhasilannya bukan dari Allah.
Dari hari ke hari, gereja semakin dikomersialkan, tidak sedikit gereja dalam mengadakan suatu acara, yang katanya untuk memperlengkapi jemaat dalam pelayanan, justru meminta imbalan yang sangat tinggi atas jasanya. Padahal kita tahu bahwa semua itu dari Tuhan, bukan untuk diperjualbelikan. Pendeta tertentu memasang iklan bahwa dirinya akan mengadakan kebaktian, agar jemaat yang nanti hadir dapat diimpartasikan Roh Kudus, istilahnya dibaptis dengan Roh Kudus, padahal Roh Kudus adalah Allah sendiri, tetapi jika “Roh Kudus” yang dimaksud adalah semacam “semangat”, “daya”, maka hal ini tidaklah menjadi persoalan. Pendeta lain bersemangat sekali bahwa dirinya mampu memberikan kesembuhan berbagai macam penyakit, sehingga ia pun memasang iklan kebaktiannya di tabloid-tabloid kristiani yang terkenal, padahal kita tahu bahwa kesembuhan Illahi bukanlah sebuah keterampilan yang dapat di tunjukkan sewaktu-waktu, ini adalah kuasa Allah yang Allah nyatakan pada pribadi tertentu yang ingin Allah sembuhkan. Untuk menguji hal ini mudah saja, kasih saja pendeta terseebut ulat bulu, sampai sekujur tubuhnya gatal-gatal, lalu mintalah dia untuk berdoa supaya hilanglah rasa gatal-gatal tersebut, maka jika benar gatal-gatalnya bisa hilang, itu berarti memang kuasa kesembuhan Illahi dapat dimiliki oleh seseorang dan dapat dinyatakan sewaktu-waktu, tetapi jika hal sepele begitu saja tidak dapat ia buktikan, maka sudah tentu kuasa kesembuhan hanyalah milik Allah dan hanya dapat terjadi atas izin Allah.
Pendeta harus terus berusaha mengajarkan firman Tuhan dengan jujur dan setia, jangan hanya untuk mendapatkan jemaat yang banyak rela mengajarkan firman Tuhan dengan dusta. Jemaat Tuhan perlu mewaspadai semua hal ini, hati-hati dalam memilih gereja, jangan sampai masuk dan menjadi anggota gereja yang salah.
Penulis :
Puji Raharjo, Dip.Th.