ALASAN ALKITABIAH UNTUK MENJADI ANGGOTA PERSEKUTUAN DOA
Diberbagai tempat khususnya dikota-kota besar banyak muncul persekutuan doa dengan berbagai macam aliran yang dianutnya, ada pentakosta, reformed, injili, protestan, baptis dan di kalangan Katolik pun muncul persekutuan doa yang menamakan diri sebagai gerakan karismatik katolik. Sebagian besar menginduk pada salah satu gereja besar yang sudah mapan, sedangkan yang berdiri sendiri sebagai bentuk pelayanan pribadi jarang yang menginduk pada gereja yang sudah terdaftar di Departemen Agama. Tidak mudah memang mendirikan sebuah persekutuan doa, apalagi tidak menginduk pada gereja yang sudah mapan, hal ini seringkali menimbulkan kecurigaan dan salah paham. Kalangan tertentu sangat antusias mendukung berdirinya sebuah persekutuan doa namun di pihak lain ada pula yang menganggapnya remeh.
Persekutuan doa tidak selamanya baik dan benar, karena ada pula persekutuan doa yang sekedar mencari sensasi terlebih hanya untuk mendapatkan hal materi. Namun tidak juga selamanya salah, sebab ada pula persekutuan doa yang berdiri dengan alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Tulisan ini tidak akan membahas persekutuan doa yang bermotivasi negatif tetapi akan berfokus pada persekutuan doa yang berdiri karena alasan-alasan yang alkitabiah.
Biasanya pendirian sebuah persekutuan doa mengarah pada berdirinya sebuah gereja yang tentu saja sesuai dengan doktrin yang telah dirintisnya sejak masih persekutuan doa. Seorang anggota gereja tertentu bisa saja lantas mendirikan sebuah persekutuan doa dengan maksud untuk merintis sebuah gereja melalui persekutuan doa, idenya muncul dan semakin bersemangat ketika ia melihat dan menyaksikan bahwa gerejanya tidak lagi mengajarkan doktrin-doktrin yang alkitabiah bahkan banyak hal yang telah menyimpang. Jemaat-jemaat yang lain pun memiliki hak yang sama, yaitu bahwa mereka berhak untuk berada dalam gereja dan mendapatkan pengajaran yang benar, dan orang yang haus kebenaran akan memilih untuk keluar dari gerejanya ketika ia mulai merasakan adanya berbagai penyimpangan, ia bebas mencari, memilih dan memperoleh gereja yang lebih benar, namun jika gereja-gereja yang ada sudah sepakat dengan “kesalahan” yang tidak disadarinya, maka akan sulit mendapatkan gereja yang lebih benar, karena semua “kebenaran” yang ada adalah hanya sebuah kesepakatan, belum tentu sebuah kebenaran. Persekutuan doa yang seringkali dipandang sebelah mata mungkin justru telah menyiapkan dan merancang doktrin-doktrin alkitabiah hasil evaluasi doktrin-doktrin yang ada dan berkembang di gereja-gereja mapan. Persekutuan doa bisa menjadi pilihan terbaik ketika seseorang sedang mencari kebenaran yang hakiki, karena walaupun sebagian orang tetap berpikir negatif karena jika persekutuan doa tidak di bawah pengawasan langsung sebuah gereja, maka dikhawatirkan pengajarannya akan salah dan apabila salah tidak ada yang menegur dan memperbaiknya. Nah sekarang kebalikannya, jika gereja berlaku sebagai pengawas persekutuan doa untuk memperhatikan doktrin-doktrin sebuah persekutuan doa, karena dianggap gereja adalah sebuah badan yang berada diatas persekutuan doa, maka apakah ada badan yang diatas gereja atau sinode, maksudnya jika sebuah gereja atau sinode melakukan atau mengajarkan doktrin yang salah atau menyimpang, maka siapa yang akan menegurnya?. Seharusnya Alkitablah yang berwenang “menegur” pengajaran yang salah, karena Alkitab adalah firman Tuhan yang memiliki standar kebenaran tertinggi, semua pengajaran harus dikembalikan pada Alkitab, jika memang pengajarannya bersumber dari Alkitab.
Jika saat ini Anda berada pada gereja yang doktrin-doktrinnya benar, maka tidak ada alasan untuk meninggalkannya, justru harus turut mendukungnya. Tetapi jika saat ini Anda berada pada gereja yang doktrin-doktrinnya telah menyimpang, maka langkah yang bijak adalah bahwa Anda harus berupaya mengingatkannya, namun apabila setelah diingatkan tetap saja tidak berubah, maka meninggalkan gereja tersebut adalah sebuah langkah yang bijak juga. Namun jangan pernah berpindah gereja oleh karena alasan-alasan yang tidak alkitabiah, seperti; tidak suka karena orang yang Anda benci berada pada gereja yang sama dengan Anda; pindah karena digereja lama tidak ada ACnya, tidak nyaman, sehingga memilih gereja yang ber-full-AC; gereja yang lama hanya punya satu jenis alat musik saja yaitu piano, di gereja yang sekarang alat musiknya lengkap, lagunya juga bagus-bagus, pokoknya aku bisa “naik”, mantap;, jika alasan yang diungkapkan adalah hal-hal semacam itu, tentu Anda perlu mengoreksi diri, jangan-jangan malah Anda belum lahir baru; masih membenci, masih mencari kenyamanan bukannya mencari Tuhan; bukannya mau beribadah tapi malah mencari hiburan karena musiknya oke.
Hanya satu saja alasan yang benar dan alktabiah ketika kita mulai meninggalkan gereja yang lama dan mulai berpindah pada gereja yang baru, yaitu; karena cinta kebenaran, lebih alktabiah.
Jemaat yang telah lahir baru akan berusaha mendapatkan dan menjadi anggota di gereja yang lebih alkitabiah, demikian juga pendeta yang cinta akan kebenaran tidak akan gampangan menerima jemaat baru sebagai anggotanya, karena pendeta yang sungguh-sungguh mengemban tugas Illahi akan lebih senang jika menerima anggota yang telah lahir baru. Maka jika ada seseorang yang ingin menjadi anggota sebuah gereja yang alkitabiah, tetapi belum lahir baru, maka tugas gerejalah untuk membimbing calon anggota tersebut agar dapat lahir baru.
Apabila Anda adalah seseorang yang mencintai kebenaran, maka tentu saja akan memilih untuk tetap pada gereja yang hanya mengajarkan kebenaran yang alkitabiah, namun ketika tidak ada lagi gereja yang Anda anggap lebih alkitabiah, maka masih ada yang bisa menjadi pilihan terbaik Anda, yaitu; persekutuan doa alkitabiah yang terus menerus mengajarkan kebenaran firman Tuhan dengan cara yang jujur dan setia, tetapi pilihan Anda harus benar-benar pilihan yang termotivasi akan kebenaran. Alasan-alasan lain, apalagi menyangkut pertemanan, emosi atau sebuah kepentingan sesaat dalam memilih sebuah persekutuan doa, maka hal-hal tersebut harus dibuang jauh-jauh supaya jangan dijadikan alasan. Orang yang benar, orang yang mencintai kebenaran, adalah orang-orang yang kritis terhadap pengajaran yang diterimanya, jangan sampai kita malah mendukung sebuah pengajaran yang salah karena faktor kenyamanan.
Anda harus berani mempertanggungjawakan pilihan Anda kepada Tuhan.
Penulis :
Puji Raharjo, Dip.Th.