PERSEKUTUAN DOA JALAN TUHAN - Baptisan Air
 

Beranda
Tentang Kami
Visi Misi
Pengakuan Iman
Pengajaran
=> Allah
=> Yesus Kristus
=> Bahasa Roh
=> Baptisan Air
=> Baptisan Roh Kudus
=> Perjamuan Tuhan
=> Apakah Mujizat Itu?
=> Apakah Mujizat Kesembuhan Illahi Itu?
Renungan
Artikel
Ayat-Ayat Emas
Ibadah & Pertemuan
Sekretariat
Kontak
Buku Tamu

BAPTISAN AIR

 

Terdapat banyak pengajaran tentang baptisan. Setiap denominasi gereja memiliki pandangan yang berbeda. Perbedaan pengajaran ini disebabkan oleh karena cara pandang dalam memahami Firman Tuhan setiap manusia berbeda, sehingga melahirkan pengajaran yang berbeda pula. Namun perbedaan-perbedaan itu jangan dijadikan sarana untuk saling menyerang atau pun menyudutkan. Kita harus saling melengkapi sehingga terciptanya kerukunan antar sesama Kristen yang berbeda denominasi. Berikut beberapa contoh baptisan yang diajarkan oleh beberapa denominasi gereja, diantaranya :

  1. Gereja Katolik Roma mengajarkan baptisan bayi, anak-anak dan dewasa dengan cara dipercik.
  2. Gereja Baptis mengajarkan bahwa baptisan harus dilayankan hanya kepada orang dewasa saja dan harus dengan cara selam.
  3. Gereja Prostestan mengajarkan baptisan yang hampir serupa dengan Gereja Katolik Roma yaitu dengan adanya baptisan bayi dan dengan cara dipercik.
  4. Gereja Bala Keselamatan membaptis dengan cara mengangkat bendera.
  5. Gereja Pentakosta mengajarkan baptisan air dan baptisan Roh Kudus.
  6.  

 
Dari  berbagai-bagai pengajaran yang ada tentang baptisan tentunya kita akan bertanya,”Baptisan manakah yang sesuai dengan Firman Allah?. Tidak ada sumber lain yang dapat dipercaya kecuali Alkitab sendiri yang mampu menjawab pertanyaan ini.


Baptisan adalah perintah Tuhan Yesus

Pada hari-hari terakhir ketika Tuhan Yesus hendak terangkat ke Surga setelah kebangkitanNya, Tuhan memberikan perintah kepada kesebelas muridNya agar mereka membaptis,”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Matius 28:19). Maka upacara baptisan bukanlah hal yang mengada-ada dalam kekristenan, tapi lebih dari itu adalah sebuah perintah, perintah Tuhan sendiri sehingga kita wajib melakukannya. Tindakan Tuhan Yesus ketika Ia datang kepada Yohanes Pembaptis agar diriNya pun ikut dibaptis membuktikan bahwa baptisan itu sangat penting, sebab kalau hal ini tidak penting, maka Tuhan Yesus pun tidak akan  melakukannya.


Untuk apa kita dibaptis?

“…. sebagai tanda pertobatan….” (Matius 3:11), inilah kalimat yang diucapkan oleh Yohanes Pembaptis ketika ia memberitakan baptisan kepada orang-orang pada waktu itu. Melalui baptisan, kita menyatakan diri bahwa kita ingin, mau dan sudah harus terlepas dari keterikatan dosa. Kita tinggalkan kehidupan lama kita yang penuh dengan dosa. Sekarang kita mau belajar kembali dan mempraktekkan kehidupan baru yang dipenuhi dengan kekudusan. Melalui pertobatan yang kita lakukan, kita memperoleh pengampunan atas dosa-dosa kita, Allah mengampuni dosa-dosa kita,”bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu." (Markus 1:4). Baptisan menjadi pemotong dan pembatas antara kehidupan lama kita yang penuh dengan dosa dengan kehidupan baru kita yang akan kita isi dengan kehidupan yang kudus. Ini adalah langkah awal untuk memasuki perkenanan Tuhan. Setelah kita berada pada daerah kekudusan, maka kehidupan dosa kita dimasa lalu termasuk dosa-dosa yang harus kita tanggung sudah terhapuskan, diampuni Tuhan. Tetapi makna baptisan yang kita lakukan sangat berbeda dengan yang Tuhan Yesus lakukan. Pembaptisan yang dilakukan Tuhan Yesus bertujuan untuk mengukuhkan status Tuhan Yesus sebagai  Anak Allah, yang dari padaNya kita dapat belajar apa saja yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup kita. Yesus menjadi guru dan teladan untuk kehidupan yang penuh dengan kekudusan. Pernyataan Allah tentang Yesus dimaksudkan supaya kita belajar sesuatu dari Tuhan Yesus, Yesus adalah yang berkenan di hati Bapa, Bapa ingin kita pun belajar dari Yesus, agar kita berkenan juga dihadapan Allah.

Perintah yang mendahului perintah baptisan adalah “jadikanlah semua bangsa muridKu”, ini berarti bahwa orang-orang yang telah dibaptis adalah orang-orang yang sebelumnya sedang mencari perkenanan Tuhan, mau meninggalkan dosa dan bersiap untuk menjadi seorang murid guna belajar dari seorang Guru Agung yaitu Yesus Kristus. Kita adalah murid-murid Tuhan, kita mungkin telah percaya Tuhan dan telah diselamatkan, tetapi jika kita belum dibaptiskan, maka kita belum menjadi murid Tuhan.


Cara Baptisan

Ada dua cara baptisan yang terkenal dalam kekristenan, pertama adalah baptisan dengan cara dipercik dan yang kedua baptisan dengan cara diselam. Baptisan percik adalah suatu cara baptisan dengan jalan mengucurkan air dari atas kepala sampai mengenai seluruh tubuh atau hanya dengan beberapa tetes air saja yang dibasahkan diatas kepala. Baptisan selam adalah suatu cara baptisan dengan jalan menenggelamkan seluruh bagian tubuh calon baptis ke dalam air. Antara penganut baptisan percik dengan baptisan selam seringkali terjadi perdebatan sengit dalam mempertahankan argumennya. Masing-masing mengaku memiliki dasar alkitab yang mereka pegang untuk mendukung keyakinannya. Namun apa kata Alkitab tentang cara baptisan?. Memang tidak pernah tertulis secara gamblang bagaimana seharusnya baptisan itu dilangsungkan. Tetapi marilah kita akan membaca dua  peristiwa penting yang tercatat dalam Alkitab tentang baptisan.

1. Catatan penting pertama mengenai cara baptisan adalah ketika Tuhan Yesus dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes Pembaptis :

Matius 3:16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya,

Kalimat “keluar dari air” bisa menjadi dasar bagi kita untuk menyatakan bahwa Yesus dibaptis dengan cara diselamkan ke dalam air. Lawan kata keluar adalah masuk. Seluruh tubuh Yesus dimasukkan/diselamkan/ditenggelamkan ke dalam air sampai tidak terlihat lagi dari atas permukaan air lalu kemudian keluar dari air, tubuh yang masuk ke dalam air kemudian menerobos ke atas sampai membuka kembali/keluar melalui permukaan air sampai seluruh tubuhnya terlihat kembali di atas permukaan air.


2. Catatan penting kedua mengenai cara baptisan adalah ketika Filipus membaptis sida-sida Etiopia.

Kisah Para Rasul
8:36 Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?" 8:37 [Sahut Filipus: "Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh." Jawabnya: "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah."] 8:38 Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. 8:39 Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.

Sama seperti ketika Yesus dibaptis, sida-sida itu pun “keluar dari air”. Namun disini justru lebih terlihat lagi penegasannya bahwa cara baptisan yang dilakukan Yohanes Pembaptis maupun Filipus adalah dengan cara menyelamkan ke dalam air. Mungkin di sepanjang perjalanan telah diberitahukan oleh Filipus kepada sida-sida itu bahwa jika sida-sida itu ingin dibaptis maka harus terdapat air yang bisa menenggelamkan tubuhnya. Jika hal ini tidak penting, maka tidak perlu mereka harus “tiba di suatu tempat yang ada air” (Kis 8:36) terlebih dahulu barulah sida-sida itu dibaptis, "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?" kemudian “keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia.” (Kis 8:37)

Dari kedua catatan peristiwa tersebut dapatlah kita melihat bahwa baptisan air yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis pada Yesus maupun Filipus pada sida-sida dilakukan dengan cara yang sama yaitu dengan menyelamkan tubuh Yesus dan sida-sida ke dalam air. Ini adalah pernyataan Alkitab tentang cara baptisan. Jika sampai hari ini masih ada orang yang membaptiskan dengan cara yang berbeda dengan cara yang sudah dicontohkan oleh Yohanes Pembaptis dan Filipus, maka kita pun harus menghormati cara mereka tanpa harus memperdebatkannya hingga menimbulkan keributan. Tugas kita hanya memberitahukan saja, tidak boleh memaksa apalagi disertai ancaman.


Siapa saja yang boleh menerima baptisan?

Setelah kita memberitakan Injil Allah, dan jika melalui pemberitaan ini terdapat orang yang ingin dibaptiskan, maka kita pun wajib melayankan baptisan untuknya. Seperti yang telah diungkapkan oleh Yohanes Pembaptis bahwa baptisan adalah sebagai tanda pertobatan, maka yang dapat dibaptis adalah hanya orang yang sudah dapat menyadari keberdosaannya dan berniat untuk bertobat, namun demikian meskipun seorang yang sudah dewasa namun tidak menyadari keberdosaannya dan tidak mau bertobat, maka orang tersebut tidak layak untuk dibaptiskan. Jadi pertobatan adalah syarat mutlak bagi seseorang yang ingin dibaptiskan. Karena jika tidak didahului dengan pertobatan, maka predikat murid baginya tidak dapat dikenakan, sebab dari hal dosa kemudian belajar untuk hidup kudus adalah melalui proses belajar atau lebih dikenal dengan istilah pemuridan. Tidak ada petunjuk dalam Perjanjian Baru bahwa seorang bayi tidak boleh dibaptiskan, tetapi jika melihat kembali pesan Yohanes Pembaptis, maka seorang bayi tidak dapat dibaptiskan, sebab seorang bayi belum mampu secara sadar untuk mengakui dosanya dan memohon pengampunan.   
 

Siapa saja yang boleh membaptis?

Teladan dari Yohanes Pembaptis

Pemilihan Allah terhadap Yohanes Pembaptis sebagai orang yang diberikan tugas untuk membaptiskan orang-orang yang bertobat dapatlah menjadi dasar pertimbangan dan pemikiran kita dalam menentukan siapa yang berhak melayankan baptisan. Yohanes Pembaptis memberitakan pentingnya pertobatan yang kemudian ditandai dengan adanya pembaptisan. Kita dapat berpikir, jika Yohanes Pembaptis memberitakan pertobatan, maka seharusnya ia sendiri sudah terlebih dahulu bertobat dan penulis yakin ia sudah terlebih dahulu bertobat sebelum ia memberitakan pertobatan. Jadi seorang yang layak melayankan baptisan adalah orang yang sudah bertobat, ini adalah syarat yang utama dan pertama. Yang menjadi syarat kedua adalah orang tersebut haruslah orang yang menjalani kehidupan imannya dengan sungguh-sungguh, karena sebelum tampil didepan orang banyak, Yohanes Pembaptis melakukan usaha yang sungguh-sungguh agar dirinya dapat intim dengan Tuhan. Kita tahu bahwa Yohanes Pempatis melakukan perjalanan rohani dipadang gurun selama 40 hari 40 malam. Ini waktu yang cukup untuk melakukan keintiman dengan Tuhan. Ia sengaja menjauhi keramaian agar ia dapat akrab dengan Tuhan. Jadi seorang yang beriman teguh layak menjadi seorang yang membaptiskan.

 

Penulis :
Puji Raharjo, Dip.Th.

 
Anda pengunjung yang ke- 26 visitors (34 hits) di website kami, terima kasih.
 
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free